Ketidaksanggupan Kepala SDN Watesalit 1 Kecamatan Batang

Saya sempat di undang sebanyak tiga kali oleh Kepala SDN 1 Watesalit Kecamatan Batang Kabupaten Batang untuk membahasa anak perempuan saya yang duduk di bangku Kelas 1. Anak perempuan saya berumur baru 6 tahun, awal-awal bulan dia belum dapat beradaptasi di lingkungan sekolah dasar masih senang bermain seperti waktu dia duduk di bangku TK.
Karena hal itu saya di undang menghadap Kepala SDN 1 Watesalit, dalam salah satu pertemuan dia mengutarakan agar saya memindah anak perempuan saya ke SDN lain, padahal waktu itu baru berjalan 2 bulan. Yang saya herankan mengapa dia sebagai guru senior yang bersertifikasi menghadapai siswi kelas 1 seperti itu saja sudah menyerah, seharusnya guru sudah berlatar belakang pendidikan "Sarjana Pendidikan Sekolah Dasar + Sertifikasi"tidak seharusnya seperti itu. Guru sukses adalah guru yang dapat mendidik dan mengubah siswa-siswinya yang tadinya tidak mengerti apa-apa (bodoh) menjadi pintar dalam pelajaran dan lain sebagainya.
Untuk apa jika seorang guru yang sudah mendapat Tunjangan Sertifikasi/Profesi tetapi dalam cara mengajar masih tetap seperti sebelum mendapat tunjangan tersebut. Guru yang mengajar di sekolah dasar memang harus lebih sabar di banding guru yang mengajar di sekolah tingkat menengah dan atas. Anak-anak yang masih di sekolah dasar rasa keingian tahuannya tinggi dan tingkah lakunya kadang masih semaunya sendiri.
Dengan guru sudah mendapat tunjangan sertifikasi/profesi maka masyarakat dapat komplain atau mengadukan jika guru tersebut dalam cara mengajarnya tidak atau kurang profesional, seperti yang kita sudah ketahui bersama pekerjaan seorang dokter jika melakukan malpraktek (kesalahan) si pasien/klien atau keluarganya dapat mengadukan hal itu.
Penilaian (Scouring) profesionalisme seorang guru seharusnya juga memasukan kemampuan seberapa banyakah dia dalam mengubah siswa-siswinya menjadi anak yang pintar.
Saya memohon agar guru-guru SDN yang sebelumnya bekerja keras melengkapi syarat-syarat untuk mendapat tunjangan sertifikasi, lalu setelah mendapatkanya tidak bekerja keras dalam mendidik siswa-siswinya.