Showing posts with label wisata. Show all posts
Showing posts with label wisata. Show all posts

Gardu Pandang Bukit Sri Gunung Banyuputih Batang

Bukit Sri Gunung's watch tower presents views of rubber plantations from PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Siluwok, from the top of the view post we can see the extent of the green rubber plantations make us feel at home lingering here and suitable for us who hobby looking for new photo spots.

This tour is located on the land of PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Siluwok precisely in Hamlet Limbangan Kalibalik Village, District Banyuputih, Batang Regency. The location of Mount Puri Bukit Sri Mount as we head to Celong Beach precisely the right side of the road if we are from the direction of banyuputih. If confused when he reached the terminal Banyuputih can ask the direction to the beach celong almost everyone there already know



 #Batang #Banyuputih




















Kolam Renang THR Kramat Batang

Obyek wisata THR Kramat Batang yang pernah jaya antara tahun 1980 an sampai dengan 1990 an. Pemkab Batang kini sedang berusaha mengembalikan kejayaan dengan merenovasi bangunan dan melengkapinya  beberapa prasarana diantaranya kolam renang.
Harga tiket masuk hanya Rp 5000 per orang.




Curug Sibiting Desa Kembanglangit Kecamatan Blado |#batang

Satu lagi pesona Wisata Air Terjun di Kota Batang yang saat ini menjadi primadona wisatawan luar maupun dalam Kabupaten Batang yang sedang dikembangkan yakni Curug Sibiting. Curug SIbiting ini memiliki ketinggian mencapai 20 meter dengan debit air yang tidak terlalu banyak.
Selain menawarkan kesejukan, Curug Sibiting ini juga menawarkan keasrian perkebunan teh yang menghampar kehijauan dan Desa yang terletak di kaki Gunung kamulyan yang sampai saat ini masih menjaga kearifan lokalnya, Curug SIbiting ini memiliki keindahan dan pesona yang memukau pelancongnya.
Curug Sibiting berada di Desa Kembanglangit Kecamatan Blado Kabupaten Batang, Tepatnya berada di kawasan Kebun Teh Liyer serta berada di Sebelah Selatan Jembatan Sibiting. Untuk sampai ke Curug bisa melewati Kebun Teh Pagilaran, untuk sementara tempat parkir berada di lahan tempat penampungan Teh milik PT.Pagilaran. Sesampainya di parkiran pengunjung bisa berjalan sekitar 200 meter untuk menuju ke Curug Sibiting.





















Suasana Dan Keadaan Candi Borobudur Tahun 2017 | Borobudur Buddhist Temple

Borobudur, or Barabudur (IndonesianCandi Borobudur) is a 9th-century Mahayana Buddhist temple in MagelangCentral JavaIndonesia, as well as the world's largest Buddhist temple,[1][2] and also one of the greatest Buddhist monuments in the world.[3] The temple consists of nine stacked platforms, six square and three circular, topped by a central dome. The temple is decorated with 2,672 relief panels and 504 Buddha statues. The central dome is surrounded by 72 Buddha statues, each seated inside a perforated stupa.[4]
Built in the 9th century during the reign of the Sailendra Dynasty, the temple was designed in Javanese Buddhist architecture, which blends the Indonesian indigenous cult of ancestor worship and the Buddhist concept of attaining Nirvana.[3] The temple also demonstrates the influences of Gupta art that reflects India's influence on the region, yet there are enough indigenous scenes and elements incorporated to make Borobudur uniquely Indonesian.[5][6] The monument is both a shrine to the Lord Buddha and a place for Buddhist pilgrimage. The journey for pilgrims begins at the base of the monument and follows a path around the monument and ascends to the top through three levels symbolic of Buddhist cosmologyKāmadhātu (the world of desire), Rupadhatu (the world of forms) and Arupadhatu (the world of formlessness). The monument guides pilgrims through an extensive system of stairways and corridors with 1,460 narrative relief panels on the walls and the balustrades. Borobudur has the largest and most complete ensemble of Buddhist reliefs in the world.[3]
Evidence suggests Borobudur was constructed in the 9th century and abandoned following the 14th-century decline of Hindu kingdoms in Java and the Javanese conversion to Islam.[7] Worldwide knowledge of its existence was sparked in 1814 by Sir Thomas Stamford Raffles, then the British ruler of Java, who was advised of its location by native Indonesians. Borobudur has since been preserved through several restorations. The largest restoration project was undertaken between 1975 and 1982 by the Indonesian government and UNESCO, following which the monument was listed as a UNESCO World Heritage Site.[3]
Borobudur is still used for pilgrimage; once a year, Buddhists in Indonesia celebrate Vesak at the monument, and Borobudur is Indonesia's single most visited tourist attraction.









MENYAKSIKAN TERJANGAN AIR BAH DI CURUG AGUNG BAWANG BATANG


Di hari Minggu, 12 Maret 2017 pukul 10 pagi kami memulai perjalanan menuju destinasi wisata alam Curug Agung di Kecamatan Bawang Kabupaten Batang. Cuaca di Kota Pekalongan dan Batang Kota cerah namun melihat langit selatan nampak berawan pekat. Kami tetap mengendarai skuter ke arah selatan via Kecamatan Bandar, Blado, dan Reban. Setelah kami sampai di Lapangan Kecamatan Bawang belok ke kiri dan kami hanya mengikuti petunjuk arah air terjun Curug Agung. Lokasi air terjun dari perkampungan desa berjarak sekitar 1 Km dan dapat dilalui sepeda motor. Kondisi jalan masih berupa tanah liat keras sehingga licin ketika atau setelah hujan. Kami sempat beberapa kali selip dan terjatuh perjalanan menuju ke lokasi. Tekanan udara ban sepeda motor tidak kami kurangi jadi sering selip. Sekitar pukul 11 an siang kami berteduh karena hujan lebat di warung jajanan yang merupakan satu-satunya yang ada dilokasi. Di warung tersebut berteduh sambil makan mie siap saji dan makan pohong. Kami menunggu sudah sekitar 1 jam an namun hujan tidak reda akhirnya kami menuruni anak tangga ke lokasi air terjun walaupun hujan. Setelah sampai di lokasi air terjun Curug Agung, kami menyaksikan terjangan air bah yang semakin lama semakin membesar debit airnya. Bebatuan yang tadinya terlihat sudah sirna tertutup air bah. Bagi kami ini merupakan pengalaman pertama melihat arus air bah dengan mata kepala sendiri, begitu mengerikan dan luar biasa. Yang membedakan air terjun ini dengan yang lainnya yaitu dinding-dindingnya seperti batu tersusun rapi, jika tidak banjir dan cuaca cerah akan kelihatan jelas dan indah.
Sekitar pukul 1 siang kami memulai perjalanan kembali walaupun hujan. Kali ini tekanan ban sepeda motor kami kurangi dan akhirnya kami sukses melewati jalan tanah liat yang licin.
Untuk Anda ketahui bahwa aliran Curug Agung berasal dari Gunung Prau Dieng dan berakhir di muara Kali Kutho batas antara Kabupaten Batang dan Kendal.